KENDARI – Virus jembrana masuk di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) dan telah menginfeksi 22 ekor sapi.
Untuk diketahui virus jembrana adalah spesies virus yang menyebabkan penyakit jembrana pada sapi. Materi genetik virus ini berupa RNA utas tunggal. Virus jembrana digolongkan dalam genus Lentivirus dan keluarga Retroviridae
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) La Ode Rusdin Jaya mengatakan virus jembrana ini hanya menyerang Sapi Bali (tidak menular pada sapi jenis lain).
Sebanyak 22 ekor sapi yang terinfeksi itu berasal dari 4 kabupaten di Sultra, diantaranya Kabupaten Kolaka Timur, Konawe, Konawe Kepulauan dan Bombana.
Di mana, Kolaka Timur menjadi daerah dengan kasus terbanyak sapi terinfeksi virus jembrana ini, yakni 13 kasus.
“Identifikasi kita sejak Idul Adha, ada beberapa tempat pemotongan hewan yang tiba-tiba mati sapinya. Kita mengambil sampelnya, kita kirim ke Balai Besar Veteriner (BBVet) Maros hasilnya ada 22 ekor terinfeksi,” kata Rusdin saat ditemui di Kantor Distanak Sultra, Rabu (9/8/2023).
“Ini antar provinsi yang kita tidak bisa kontrol lagi, seperti yang berbatasan dengan Sulawesi Tengah, ini sulit kita deteksi karena lewat darat jadi tidak setiap saat bisa kita pantau di pos perbatasan. Itu biasa mereka masuk malam, lewat hutan-hutan, masuk tidak bisa diidentifikasi kemudian dijual di titik-titik tertentu,”
“Kemarin kami meyakini kita ini steril tidak ada virus Jembrana ini, tapi setelah Idul Adha, begitu masuk lalu lintas karena begitu banyak kita langsung kaget lihat ada sapi yang tiba-tiba mati, ternyata kena jembrana,” jelasnya.
Rusdin menjelaskan gejala utama ternak sapi yang terinfeksi virus Jembrana adalah mati mendadak dan ada pendarahan di limfa.
Selain itu, biasa keluar darah di telinga sapi, hingga pembengkakan paha.
“Kalau penyakit-penyakit umum biasanya lama baru mati, tapi Jembrana ini menyerang tiba-tiba dan mati,” ujarnya.
Sapi yang terinfeksi virus jembrana masih aman dikonsumsi manusia. Karena virus ini tidak dapat menular dari hewan ke manusia maupun sebaliknya.
Sehingga masyarakat diminta tak perlu panik maupun khawatir mengkonsumsi daging sapi.
Namun, virus jembrana ini justru dikhawatirkan mengurangi populasi sapi di Sultra.
“Petugas kami di lapangan sudah melokalisasi keempat kabupaten itu, terutama hewan yang sudah ada ciri terinfeksi itu kita lokalisasi beri vitamin,” jelasnya.
Rusdin juga menjelaskan virus jembrana ini dapat menular ke sapi (sapi bali) lainnya melalui gigitan nyamuk, terutama saat kondisi stamina sapi menurun atau sedang tidak sehat.
Untuk itu pihaknya intens melakukan vaksinasi, pemberian vitamin dibeberapa dan selalu mengimbau agar pakannya tersedia dengan baik agar tidak menyebar lagi ke kabupaten lain di Sultra.
“Sembari lakukan vaksinasi dan pemberian vitamin, kita juga lagi menunggu vaksin dari pusat untuk Jembrana ini,” jelasnya.
Selain itu, Distanak juga memperketat pengawasan lalu lintas ternak di Sultra, baik antar kabupaten kota di Sultra maupun antar provinsi.
Dengan memastikan ternak yang berpindah dari satu titik ke titik lain itu sehat dibuktikan melalui surat keterangan kesehatan hewan dari dokter hewan.
Diimbau pula bagi para peternak di seluruh Sultra, bila ada gejala menyerupai Jembrana atau PMK di hewan ternak, segera laporkan ke petugas Distannak di daerah masing-masing, untuk segera diantisipasi dan ditangani.
Laporan: Mus