KENDARI – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Pemerintah Provinsi Sultra, meminta masyarakat di Sultra untuk menghemat air dalam menyikapi gelombang panas El Nino sudah terjadi di beberapa wilayah Indonesia.
Bahkan, masyarakat khususnya para petani diminta bijak dalam menggunakan air, terlebih pada musim kemarau yang diperkirakan akan semakin parah dengan adanya El Nino.
“Karena itu sebelum bencana El Nino terjadi di Sultra, masyarakat harus waspada, salah satunya kami sarankan untuk menghemat pengunaan air dan tidak melakukan pembakaran lahan,” kata Kepala Distanak Sultra,La Ode Muhammad Rusdin Jaya, Rabu (12/7/2023)
Dijelaskan, saat ini pihaknya telah berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terkait dengan jadwal dan potensi curah hujan yang ada di Sultra. Hal ini sebagai langkah antisipasi, agar wilayah ini terhindar dari krisis air akibat El Nino.
“Berdasarkan gambaran dari BMKG, untuk periode Juli seluruh wilayah Sultra masih dalam posisi aman dan belum nampak mengarah ke El Nino. Namun kita tidak tau pada bulan Agustus mendatang, jangan sampai ada penampakan El Nino di tengah-tengah kita. Tapi langkah antisipasi terus kita lakukan,” ujarnya.
Dia menambahkan, langkah antisipasi itu dilakukan melalui berkoordinasi dengan pemerintah lingkup kabupaten/kota se-Sultra dan telah melayangkan surat edaran pada Juni lalu untuk menghemat air di wilayah masing-masing.
“Kami sudah berkoordinasi dengan teman-teman kabupaten/kota untuk pencadangan air, agar masyarakat bisa lebih menghemat air. Koordinasi itu disampaikan melalui surat edaran Gubernur Sultra,” ungkapnya.
Ia juga mengimbau kepada para petani Sultra, bila tanamannya sudah bisa panen, maka disegerakan untuk panen. Sebab bila El Nino melanda, maka tanaman para petani bisa rusak yang tentu dapat berdampak gagal panen.
“Bahkan, beberapa petani kita telah melakukan musim tanam awal. Hal ini kita dorong untuk mencegah jangan sampai El Nino ini datang secara tiba-tiba. Tentu lebih baik mencegah sedini mungkin, daripada nanti kejadian baru mau bergerak,” pungkasnya.
Mengutip laman resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah sekitarnya, termasuk seperti di Indonesia.
El Nino memiliki dampak yang beragam dalam lingkup skala global. Beberapa negara di kawasan Amerika Latin seperti Peru, saat terjadi El Nino akan berdampak pada meningkatnya curah hujan di wilayah tersebut. Sedangkan di Indonesia secara umum dampak dari El Nino adalah kondisi kering dan berkurangnya curah hujan.
Laporan: Mus