Jumat, Oktober 4, 2024

Pengamat Bicara Pilpres Satu Putaran: Masih Fifty-fifty Namun Terbuka Lebar

JAKARTA – Elektabilitas pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Prabowo-Gibran melejit menjadi 48,55 persen dibandingkan survei sebelumnya yang bertengger di angka 45,779 persen.

Elektabilitas tersebut merupakan hasil survei terbaru dari Lembaga Survei Indikator Politik Indonesia yang dilakukan tanggal 10-16 Januari setelah para capres melakukan debat ketiga pada 7 Januari lalu.

Elektabilitas Prabowo-Gibran memperlihatkan adanya kecenderungan terjadinya pilpres satu putaran. Paslon 02 ini membutuhkan 1,5% tambahan suara saja +1 suara untuk memenangkan pilpres satu putaran.

Menurut Pengamat politik dari Citra Institute, Efriza, bahwa kemungkinan pilpres satu putaran masih fifty-fifty walaupun kecenderungan itu memang terbuka lebar.

“Namun patut diingat masih belum diketahui perkembangan tingkat yang belum menentukan pilihannya juga di dalamnya yang masih ragu, data terakhir sekitar 28 persen. Memungkinkan penguatan elektabilitas Prabowo-Gibran didasari oleh terkoreksinya dari kubu Anies dan kubu Ganjar,” ujarnya.

Efriza mengingatkan bahwa debat capres dan cawapres, yang saling menyerang, melabeli, itu juga memengaruhi pemilih cenderung masih mempertimbangkannya.

“Dan, masih ada debat capres terakhir, masih ada kemungkinan tsunami politik yang memungkinkan mendera di salah satu pasangan calon. Juga masih adanya upaya penggembosan maupun pernyataan sikap yang turut menghinggapi di ketiga calon,” jelasnya.

Dosen beberapa kampus di Indonesia ini juga melihat bahwa disisa waktu sebelum pilpres dilangsungkan kecenderungan elektabilitas Prabowo-Gibran 50 persen + 1 suara menguat dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya.

Pertama, lanjut Efriza, gembosnya dukungan dari pasangan kubu Anies dan Ganjar, kedua, banyaknya pernyataan dukungan baru maupun dari peralihan yang memiliki pengaruh besar publik mengikuti misal dari tokoh politik, artis, influencer dari media sosial kepada pasangan ini.

Ketiga, terjadinya tsunami politik berupa blunder, perilaku tak terpuji, yang pada intinya membuat masyarakat berpindah ke lain pilihan kepada mereka.

Pos Terkait :  Deklarasi Kilat Anies-Muhaimin, Pengamat: Semoga Bukan Karena Kasus Kemenaker

“Keempat, adanya gebrakan gagasan dari kubu Prabowo-Gibran yang menguatkan keyakinan pemilih untuk memilih pasangan ini, artinya pertimbangan hal tersebut akan mengalihkan persepsi akan etis dan moral, dan kelima, meski peluangnya kecil, adanya apresiasi atas kerja nyata Prabowo-Gibran yang saat ini masih bekerja di Kemenhan dan sebagai Walikota Solo yang dapat memperoleh simpatik publik dan meyakini publik akan kepantasan mereka memimpin republik ini,” terang Efriza.

Penulis: Musdar

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles