JAKARTA – Ramainya soal pasangan Anies Baswedan dengan Muhaimin Iskandar, setelah skenario dibongkar oleh Partai Demokrat membuat peta politik nasional menjadi heboh.
Pergerakan tiba-tiba Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dengan merapat ke kubu Anies Baswedan, menunjukkan sikap pragmatis yang didorong nafsu kekuasaan semata.
Hal tersebut disampaikan Pengamat Politik Efriza kepada Online1.id melalui keterangan tertulis, Jumat (1/9/2023).
“Sejak Golkar dan PAN bergabung ke Prabowo, Cak Imin sudah membaca peluangnya untuk cawapres Prabowo tertutup. Sehingga dengan cepat beralih tempat. Semua itu hanya kekuasaan semata, tidak ada lagi pertimbangan ideologi ataupun soal ide dan gagasan ke depan,” ujar Efriza.
Peneliti di Citra Institute itu sudah meyakini sejak awal, Ketum PKB itu akan mencari peluang untuk tetap jadi cawapres. Karena dari manuver-manuver politik PKB dan Muhaimin yang selalu terlihat gelisah, ketika Prabowo tidak kunjung mengumumkan cawapresnya.
Tetapi bergabung dengan koalisi Anies Baswedan, tetap juga mengejutkan banyak pihak terutama Kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
“Sebenarnya peluang untuk cawapres Prabowo masih terbuka, begitu juga dengan cawapres Ganjar Pranowo. Tapi kegelisahan dan hasrat pribadi, sepertinya membuat Cak Imin memilih yang lebih jelas saja. Sudah pasti itu tanpa mempertimbangkan situasi di Kalangan NU. Nahdliyin pasti bingung dengan keputusan Cak Imin ini,” sambung Efriza.
Konstelasi Pilpres 2014 dan 2019 membuat ada jarak antara Islam Tradisional yang melekat di NU dengan Islam Moderat yang melekat pada PKS maupun para pendukung Anies Baswedan.
Berusaha menyatukan itu, jelas bukan pekerjaan mudah bagi Anies dan Muhaimin.
“Tidak hanya itu, masuknya PKB menjadi bagian dari Koalisi Anies dan keluarnya Demokrat menjadikan tagline ‘perubahan’ koalisi itu menjadi naif. Nasdem dan PKB jelas merupakan pendukung garis keras Presiden Jokowi, jadi perubahan seperti apa yang mereka usung. Sekali lagi terlihat, Pilpres 2024 hanyalah sekedar pergantian kekuasaan saja. Tidak akan ada adu ide dan gagasan, seperti yang digaung-gaungkan Anies sebelumnya. Anti klimaks sudah,” imbuh Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Sutomo, Serang.***