Minggu, November 17, 2024

Koalisi Perubahan dan Harga Diri Surya Paloh

Oleh: Efriza, Dosen Ilmu Politik di Beberapa Kampus dan Owner Penerbitan

NASDEM sebagai partai politik yang telah mendeklarasikan Anies Baswedan sampai kini belum menunjukkan upaya secepatnya untuk membangun koalisi. Nasdem ditenggarai sudah membangun kesepakatan dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Demokrat (PD) untuk membentuk Koalisi Perubahan, tetapi potensial proses ini sengaja berlarut-larut.

Koalisi Perubahan yang diwacanakan akan mendukung Anies Baswedan sebagai calon presiden (capres). Hanya saja, sampai kini Koalisi Perubahan hanya sekadar nama saja dari upaya berkoalisi ketiga partai itu, tetapi belum benar-benar bersepakat koalisi. Malah yang terjadi adalah Koalisi Perubahan diisukan dapat bubar.

Mengusung Anies Baswedan

Surya Paloh sebagai Ketua Umum Nasdem memang dikenal piawai dalam berpolitik. Ia berhasil membangun Partai Nasdem. Partai ini meski tidak punya kader potensial untuk dijadikan capres tetapi melalui kemampuan dirinya berperan sebagai king maker, ia dapat memajukan Joko Widodo (Jokowi) sebagai capres. Padahal Jokowi adalah kader Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP).

Ketika PDIP masih tak percaya maupun menahan diri untuk mengusung Jokowi. Nasdem selalu terdepan dalam mengusung Jokowi sebagai capres. Dampaknya Nasdem sebagai partai baru, langsung lolos ambang batas parlemen.

Nasdem juga langsung melesat menempati nomor urut tujuh dari sepuluh partai yang lolos parliamentary threshold (PT). Bahkan periode kedua Jokowi, Nasdem menjadi fenomenal dengan menanjak kepada peringkat kelima dari sembilan partai. Ini menunjukkan Surya Paloh telah menunjukkan dirinya berhasil sebagai king maker yang diperhitungkan dalam kancah politik nasional.

Surya Paloh berbekal dua periode harus diakui telah sukses menaikkan Nasdem sebagai partai lima besar. Wajar, Surya Paloh percaya diri meski keinginan dirinya mengusung Ganjar Pranowo berhasil disumbat oleh PDIP. Kemudian, Surya Paloh meyakini akan tetap berhasil meski dengan akhirnya mengusung Anies Baswedan. Sehingga Anies Baswedan didukung dan dideklarasikan oleh Nasdem.

Pos Terkait :  Eksistensi Pemuda Dalam Perkembangan Kontestasi Politik Indonesia

Koalisi dan Harga Diri Surya Paloh

Koalisi Perubahan yang sering berkomunikasi dan mengadakan pertemuan, ternyata malah berhembus kabar dapat bubar. Meskipun penulis meyakini, koalisi ini akan terbentuk dan tidak akan bubar. Sebab, koalisi perubahan ini adalah harga diri bagi Surya Paloh.

Surya Paloh amat yakin akan pilihannya mengusung Anies Baswedan. Surya Paloh malah bertaruh dengan jabatannya. Dirinya akan mengundurkan diri sebagai pimpinan tertinggi partai jika perolehan suara Nasdem turun pada Pemilihan Umum (Pemilu) Serentak 2024. Ini menunjukkan Koalisi Perubahan dan Anies Baswedan adalah harga diri Surya Paloh.

Surya juga ingin dicitrakan sebagai king maker yang sukses dalam memilih dan menahkodai Partai Nasdem. Sisi lain, Surya punya kepentingan mematahkan asumsi bahwa partai nasdem dianggap gagal disebabkan tidak memilih melakukan fungsi rekruitmen dan pengkaderan sebagai partai politik. Ia malah terkesan ingin menunjukkan bahwa partai tidak perlu dibebankan fungsi rekruitmen dan pengkaderan yang terpenting adalah memilih calon yang tepat meski itu dianggap mencomot kader dari partai lain tak masalah.

Bagi Surya Paloh yang penting calon itu memang memiliki elektabilitas terbesar dan didukung oleh masyarakat luas. Sehingga, sah saja, partai lain mencomot kader lain, yang penting calon yang diwacanakan itu memberikan dampak elektoral bagi Nasdem.

Surya tak peduli, ia sebagai sosok yang menahkodai Nasdem dicap tokoh pragmatis. Jadi, terbentuknya koalisi perubahan adalah pertaruhan martabat Surya Paloh. Jika gagal terbentuk koalisi ini, maka Surya Paloh akan segera runtuh citranya sebagai king maker, Surya tamat! Apalagi dampaknya jika juga menyebabkan Nasdem gagal meningkat perolehan suaranya pada Pemilu Serentak 2024 mendatang, maka malah menunjukkan Surya Paloh harus meletakkan jabatannya sebagai ketua umum nasdem.

Pos Terkait :  ADMM (Defense Ministers’ Meeting) Menjadi Bagian Penting pada ASEAN, Apakah Indonesia Perlu Perannya ?

Kemungkinan Koalisi Perubahan Bubar

Berhembusnya kabar koalisi perubahan gagal terbentuk, potensi ini ada, hanya diyakini kecil. Nasdem, PKS dan PD belum membentuk Koalisi Perubahan diyakini karena alotnya perdebatan dari kedua partai antara PKS dan PD mana yang layak mendampingi Anies Baswedan.

Nasdem tentu saja tidak ingin buru-buru. Diyakini Nasdem bukan saja ngotot ingin mengajukan calon wakil presiden (cawapres) Anies adalah tokoh diluar dua partai itu. Nasdem sebenarnya amat khawatir, jika salah satu partai yakni PKS atau PD yang akan memperoleh dampak elektoral ketika diberikan kesempatan kadernya sepeti Ahmad Heryawan (PKS) atau Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai pendamping Anies Baswedan.

Saat ini, ketiga partai ini belum mengajukan capres diyakini bukan sekadar karena alotnya kesepakatan bersama. Akan tetapi, juga ketiga partai ini bisa saja bersepakat memang sengaja menahan koalisi terbentuk hanya untuk melihat respons dari partai lain dan juga punya kepentingan dalam mempelajari gerak koalisi lain terkait koalisi dan capres.

Sementara dari sisi lain, Nasdem memang amat khawatir, jika buru-buru koalisi perubahan terbentuk, maka partai ini tersingkir sebagai pendukung pemerintah semakin memungkinkan. Nasdem tentu saja akan rugi jika kehilangan kursi menteri dan dicap sebagai barisan oposisi pemerintah, karena nasdem juga tak ingin melepaskan kesempatan mendapatkan sumber akses kementerian dan lembaga, dan tentu saja materi semata dari jabatan kursi menteri. Oleh sebab itu, saat ini Nasdem hanya memainkan politik tarik-ulur saja pembahasan dan deklarasi koalisi perubahan antara Nasdem, PKS, dan PD. Akan tetapi, koalisi perubahan tetap terbentuk. (*)

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles