Jakarta – Sebagian penyintas gempa Cianjur tak juga mendapatkan kepastian, perhatian publik terus berkurang. Keluh kesah penyakit, sanitasi air bersih, kehilangan mata pencaharian hingga kegalauan mereka terkait rehabilitasi hunian diungkapkan sejumlah pengungsi di Kampung Gunung Lanjung Dua Desa Cijedil, kecamatan Cugenang, Cianjur kepada tim Indonesia CARE.
“Mereka bingung akan pindah kemana, satu-satunya cara adalah membersihkan sendiri puing-puing reruntuhan rumah mereka agar setidaknya dapat membangun tenda darurat di bekas tempat tinggalnya sendiri,” ujar Direktur Eksekutif Indonesia Care, Lukman Azis Kurniawan (20/12).
Di hari terakhir masa tanggap darurat ini, lanjut Lukman, penderitaan penyintas makin parah. “Bantuan logistik habis, relawan pulang, pemerintah belum menyediakan tempat tinggal baru, serta banyak MCK portabel yang sudah ditarik kembali,” tandasnya.
Pengurus pemuda karang taruna RW 07 Dusun Gunung Lanjung Dua yang juga Koordinator Logistik RW 07, Tatang mengaku sedih melihat penderitaan warganya.
“Alat berat kemarin sempat masuk satu unit, tapi ditarik lagi sama pemerintah. Sampai saat ini belum ada lagi bantuan alat berat yang masuk. Akibatnya warga baik yang dewasa maupun anak-anak membersihkan sendiri puing sisa reruntuhan,” ujarnya.
Ia memohon pemerintah daerah dan pusat segera memperhatikan nasib warga terdampak, terutama tempat tinggal. “Kami berharap kalaupun di relokasi tidak terlalu jauh dari tempat tinggal saat ini. Mungkin dengan pembangunan kembali tempat tinggal yang lebih tahan gempa di atas tanahnya sendiri,” harap Tatang.
Dikatakannya saat ini hampir 2000 jiwa yang mengungsi. “Dari jumlah tersebut, 80 persen kehilangan tempat tinggal karena sudah rata oleh gempa,” jelasnya.
Ia bersyukur ada beberapa lembaga masih konsisten mendampingi walau dukungan donatur menurun. “Kini kita berharap besar dari pemerintah. Kita bisa saja tidak mati akibat gempa. Tapi mati akibat kelaparan dan penyakit yang berjangkit di pengungsian,” imbuh Tatang yang juga relawan lokal Indonesia CARE tersebut.
Laporan: Fazri Rizkia