KENDARIÂ – Kemarau panjang sebagai dampak dari fenomena alam El Nino bisa menjadi ancaman krisis pakan di peternakan sapi. Hal ini dikarenakan badai panas El Nino berpotensi menyebabkan kekeringan rumput yang merupakan pakan ternak.
Seperti diketahui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi puncak musim kemarau tahun 2023 akan terjadi pada Agustus mendatang.
Bila dihitung maka puncak kemarau akibat fenomena El Nino akan terjadi dalam waktu kurang 3 bulan lagi.
Menghadapi potensi El Nino, Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) telah melakukan upaya antisipasi kekurangan pakan ternak saat kemarau tiba.
Kepala Distanak Sultra La Ode Rusdin Jaya mengatakan telah menghimbau kepada peternak untuk mengupayakan stok pakan ternak yang cukup sebelum kekeringan akibat dampak fenomena El Nino terjadi.
Sehingga ketika musim kemarau datang ternak tidak kekurangan makanan akibat cadangan makanan yang cukup hingga musim kemarau berakhir.
Sejatinya meski musim kemarau terjadi, La Ode Rusdin Jaya tidak terlalu khawatir akan ketersediaan pakan ternak. Karena stok Hijauan Pakan Ternak atau HPT masih mencukupi untuk pemenuhan kebutuhan pakan ternak. HPT kata Rusdin, tersedia dibeberapa UPT seperti yang ada di Desa Wawolemo, Kecamatan Pondidaha, Kabupaten Konawe.
“Jadi InsyaAllah kita tidak khawatir, tapi kita tetap mengantisipasi dengan menghimbau teman-teman untuk mempersiapkan hijauan pakan ternak,” ucap Rusdin Jaya.
Untuk diketahui, El Nino merupakan kondisi pemanasan suhu muka air laut di bagian tengah Samudera Pasifik melebihi temperatur normalnya. Walaupun skala kejadiannya dengan intensitas lemah, pemanasan tersebut meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik bagian tengah.
Namun akan menurunkan tingkat curah hujan di kawasan daratan. Peristiwa tersebut menjadikan musim kemarau semakin kering dan musim hujan dengan minim terjadinya hujan.
Dengan curah hujan yang rendah di area daratan tersebut berpotensi dalam berkurangnya ketersediaan air dan terjadinya suhu tinggi. Produksi pertanian dan rumput sebagai pakan ternak pun dapat menurun seiring dengan menurunnya curah hujan tersebut.
Terjadinya kekeringan dapat menjadi paceklik bagi peternak di Indonesia bila tidak dihadapi dengan antisipasi yang tepat.
Penulis: Mus