Jumat, Oktober 4, 2024

Kurangi Penggunaan Pupuk Non Organik dengan Biosaka

KENDARI – Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distannak) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mengembangkan biosaka dalam mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk non organik.

Saat ini sedang viral pemanfaatan biosaka sebagai elisitor bagi tanaman budidaya, baik itu padi, jagung kedelai, bawang merah, melon dan lainnya.

Berawal dari Blitar pada tahun 2019, kini Biosaka sudah menyebar di wilayah nusantara dari Aceh hingga Papua. Di Blitar, penggunaan biosaka sudah dirasakan manfaatnya bagi petani, yaitu efisiensi biaya usaha tani (low cost), meminimalisir serangan hama dan penyakit dan meningkatkan produksi.

Biosaka diramu dari berbagai jenis rumput-rumputan/tanaman. Menurut penemunya, Muhamad Ansar, minimal 5 jenis tanaman sebanyak satu genggaman tangan.

Tanaman yang digunakan lebih banyak memanfaatkan tanaman yang ada di sekitar areal sawah/ladang. Dan tidak jarang, tanaman yang digunakan tersebut biasanya oleh sebagian besar petani dianggap sebagai gulma yang harus dibersihkan/tidak bermanfaat. Tanaman tersebut tumbuh di pematang, pekarangan rumah, lahan yang terlantar dan apabila sudah dibersihkan, tanaman tersebut tetap Kembali ada di lokasi tersebut.

Beberapa jenis tanaman yang biasa digunakan sebagai bahan baku pembuatan biosaka antara lain: babadotan (Ageratum conyzoides L), tutup bumi (Elephantopus mollis Kunth), Kitolod (Hippobroma longiflora), maman ungu (Cleome rutidosperma), Patikan kebo (Euphorbia hirta L), Meniran (Phyllanthus niruri L), anting-anting (Acalypha australis. L), jelantir (Erigeron sumatrensis Retz), sembung (Baccharis balsamifera L.), sembung rambat (Eupatorium denticulatum Vahl) dan sebagainya.

Jenis tanaman ini dipilih yang sehat, tidak terkena hama dan penyakit. Minimal 5 jenis tanaman yang diambil, lebih banyak lebih bagus. Sebanyak satu genggaman tangan kemudian diremas dalam air 2-5 liter air. Hasil remasan tersebut, dimana air menyatu dengan saripati tanaman (homogen). Setelah itu bisa langsung diaplikasikan, dan sisanya bisa disimpan untuk aplikasi berikutnya.

Pos Terkait :  Perlu Peran Pemkab Agar Upaya Distanak Sultra Tekan Stunting dapat Maksimal

Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Sulawesi Tenggara, Laode Rusdin Jaya mengatakan ber-Biosaka adalah suatu usaha dalam melindungi, memperbaiki, menjaga alam dengan berbahan alam pula.

Rusdin menambahkan bahan alam ini menjadi penyeimbang kelangsungan ekosistem, ekologi (rumah bagi seluruh mahluk) termasuk mikrobiologi, landungan di dalam bahan alam menjadi stimuno, stimulan, penyemangat, pembangkit semangat, menghidupkan energi yang tersimpan supaya bekerja.

“Elemen alam ini masing masing mengandung dan memiliki kekuatan tersendiri dari bahan yg ada dan hidup didalamnya,” jelasnya.

Rusdin juga menjelaskan Elisitor Biosaka bermanfaat sebagai signaling dengan cara mengaktifkan sel-sel pada akar tanaman untuk tumbuh dan berproduksi.

Lanjut Rusdin sedangkan Elisitor Nuswantara Biosaka disamping membuat sel-sel pada tanaman lebih aktif dan cerdas sehingga tumbuh dan berproduksi, tetapi juga mengaktifkan mikoriza pada akar tanaman yang membentuk jaringan miselium menyebar pada lingkungan sekitar.

“Memaksimalkan penyerapan hara yang melalui proses fotosintesis akan menghasilkan energi sehingga proses ekosistem berjalan berkesinambungan (sustainable) menuju pada steady state,” lanjutnya.

Rusdin juga mengungkapkan Elisitor biosaka dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang sedikit, apabila tanaman kelebihan menerima elisitor, maka akibat yang ditimbulkan tanaman itu mengalami kerusakan sel, dengan tingkat paling kronis menimbulkan kematian.

Sementara itu Kepala BBI Wawotobi, Marwan Akbar Marzuki mengungkap belajar dari puluhan tahun kita mengolah pertanian selalu dicecoki dengan bahan kimia, dimana sifat bahan kimia ini semakin lama semakin menguruskan hara tanah dan menfiksasi unsur tanah.

“Sehingga tidak baik untuk kedepannya, karena lama-lama tanah akan kehilangan kesuburan alaminya,” ungkapnya.

Marwan menambahkan biosaka ini formulanya adalah bagaimana mencari tanaman-tanaman rerumputan di sekitar area perkebunan atau persawahan dengan syarat tidak lebih 20 Kilometer dari wilayah perkebunan dan persawahan.

Pos Terkait :  Panitia Perayaan Hari Kenaikan Yesus Kristus Sultra Gelar Donor Darah di Kendari

“Yang bagus itu ambil rumput di sekitar pematang-pematang sawah dengan 5 jenis rumput yang berbeda dengan syarat rumput juga tidak boleh lobang-lobang pada daunnya, dan rumput yang masih segar,” jelasnya.

Lanjut Marwan, ketika rumput sudah terkumpul simpan dalam eber atau baskom lalu disiram air sekitar 2 gayung lalu semua rumput diremas dan di putar 1 arah melawan jarum jam dari kanan ke kiri selama beberapa menit.

“Setelah itu di lakukan pengetesan dengan menggunakan alat TSM yang berfungsi untuk mengukur kandungan homogenitas air,” ujarnya.

Ketikan kandungannya bagus itulah yang dipakai untuk menyemprot tanaman yang ada, serta untuk menyemprot itu jangan dikenakan langsung tapi dengan cara di embunkan.

Marwan mengungkap untuk tahun ini pihaknya akan melakukan percontohan sawah satu hektare dengan menggunakan biosaka dan untuk bisa membandingkan mana yang bagus menggunakan biosaka dan tidak menggunakan biosaka.

“Untuk sosialisasi penggunaan biosaka ini baru di internal kementerian pertanian, makanya kami melakukan percontohan ini supaya petani yakin untuk bisa menggunakan biosaka ini,” jelasnya.

Untuk di garis bawahi, biosaka ini bukan pengganti pupuk melainkan tetapi ini dapat mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk hingga 50%.

“Dan hasilnya tetap sama bahkan lebih baik kalau menggunakan biosaka,” tegasnya. (Adv) ***

Artikel Terkait

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -spot_img

Latest Articles